Tentang persoalan, peristiwa dan puing-puing pemikiran yang runtuh dalam ingatan.

Karena Ia Tetap Guru

Rohim Nyong, begitulah teman santri dulu memanggilnya. Sekarang, ia lebih dikenal dengan Rohim Warisi. Tak perlu membahas asal mula penamaannya. Yang jelas, tentu mempunyai cikal-bakal yang barangkali teman-teman sebayanya lebih layak untuk mengurai. Dan, pastinya menarik. Sebagaimana menulis tentang perjalanan lelaki ini. 

Nyong, eh, Maaf. Warisi, Uups, terkesan tak beretika. Rohim, pertama saya melihatnya sewaktu saya masih baru nyantri di RU 1. Tepatnya Tahun 2007. Di tahun itu, ia masih menjabat sebagai ketua pendidikan di organisasi ISADARMA. Sebuah organisasi otonom yang berada dibawah naungan pesantren. Sementara saya, masih santri baru yang lugu. 

Sekilas mengamati track record selama ia menjadi ketua pendidikan, dapat dibilang sukses. Suasana kelas terlihat rapi dan disiplin. Tak terkecuali kelas saya. Sekalipun asal saya Kabupaten Lumajang, masalah pendidikan, masih nginduk ke organisasi arek Malang itu. Sebelum akhirnya memisahkan diri sekitar Tahun 2010. 

Dalam satu kesempatan, Rohim pernah mengisi di kelas saya. Kalau tidak salah hanya menjadi guru pengganti. Tapi, baru kali itu saya terheran-heran. Betapa tidak, kelas yang masih level rendah, tapi ia sering "nyeletus" keterangan yang aneh. Jika umumnya mubtada’ itu dibaca rofa’, tapi ia udah menampilkan mubtadak yang dibaca jer. Berikut dengan penjelasan bait-bait Alfiyahnya. Fasih Bin lancar. Seperti ketika ia memainkan intriknya. Rasa kagum saya mulai muncul pada guru itu. Di samping banyak teman-teman nya yang mengatakan bahwa Rohim itu memang cerdas. Tak heran jika ia sekarang ahli di bidang sastra, mengingat dulu memang cerdik dalam memainkan gramatika arabnya. 

Tat lama dari ia menjabat sebagai ketua pendidikan, kemudian ia menjadi Ketua ISADARMA. Dan, pada akhirnya ia diangkat menjadi Pengurus Pesantren. Setahun setelah ia lulus dari Sekolah Tingkat Atas, akhirnya ia termotivasi untuk meneruskan studynya ke Jogja. Ya, ada hal yang harus membuat ia meneruskan ke Daerah Istimewa itu. Paling tidak ia dapat menemukan ketenangan dan bisa fokus menikmati cakrawala keilmuan, tanpa harus ada yang dipikirkan. 

Baiklah, Rohim tetaplah Rohim. Abdul Rahman Wahid pun Telah mengurai dengan jelas dalam tulisannya. Namun tetap saja menarik untuk diperbincangkan. Tapi, bagaimanapun ia tetap guru. Guru yang telah memberi tahu saya bahwa mubtada’ dapat dibaca jer. Juga, Tidak ketinggalan dalam ilmu intriknya.Semoga, di tengah hiruk-pikuk kesibukan keluarga dan karir barunya, ia bisa meyisipkan waktu untuk melantunkan bait-bait alfiyah dan tarkib mubtadak-khobarnya kembali di hamparan santri junior. Semoga. 

Terakhir. Kabarnya, ia sekarang mempunyai kemiripan dengan vokalis Band ST 12. Hal ini banyak yang mengakui. Namun, tidak sedikit yang mengingkari. 

Wallahu A'lam.

Oleh: Abd. Rofik PPRU 1
Tag : Gak Jelas
Back To Top